Bola.net
·23 de fevereiro de 2025
5 Kekalahan Terburuk dalam Karier Pep Guardiola dan Dampaknya

In partnership with
Yahoo sportsBola.net
·23 de fevereiro de 2025
Bola.net - Pep Guardiola dikenal sebagai salah satu pelatih terbaik sepanjang masa. Namun, perjalanannya di dunia sepak bola tidak selalu berjalan mulus.
Meskipun sudah meraih lebih dari 40 trofi di berbagai klub, Guardiola juga pernah mengalami kekalahan menyakitkan. Beberapa kekalahan itu bahkan menjadi titik balik dalam kariernya.
Manchester City, Bayern Munchen, dan Barcelona pernah merasakan pahitnya hasil buruk di bawah asuhannya. Kekalahan-kekalahan tersebut sering kali terjadi di momen krusial.
Namun, Guardiola selalu belajar dari kegagalannya. Setiap kegagalan justru membuatnya semakin kuat dan membawa timnya meraih sukses lebih besar di musim berikutnya.
Berikut lima kekalahan paling menyakitkan dalam karier Guardiola dan dampaknya setelah itu.
1 dari 6 halaman
Pep Guardiola memberikan instruksi dalam laga Liga Champions 2024/2025 antara Real Madrid vs Manchester City, Kamis (20/2/2025) dini hari WIB. (c) AP Photo/Manu Fernandez
Barcelona tampil dominan di fase grup Liga Champions 2011-12 dengan hanya kehilangan dua poin. Mereka melanjutkan performa impresif dengan menghancurkan Bayer Leverkusen 10-2 secara agregat di babak 16 besar. Di perempat final, tim asuhan Pep Guardiola mengalahkan AC Milan dengan kemenangan 3-1.
Namun, Chelsea memberikan kejutan besar di babak semifinal. The Blues menang 1-0 pada leg pertama dan menahan imbang Barcelona 2-2 di leg kedua. Gol solo ikonik Fernando Torres memastikan langkah Chelsea ke final.
Hasil ini mengakhiri harapan Guardiola untuk meraih gelar Liga Champions kedua secara beruntun sebelum kepergiannya. Barcelona gagal mempertahankan gelar mereka, sementara Chelsea melanjutkan perjalanan menuju kejayaan di final.
Pertandingan Selanjutnya
2 dari 6 halaman
Josep Guardiola dalam laga Liga Champions antara Manchester City vs Real Madrid, Rabu (12/2/2025) dini hari WIB. (c) AP Photo/Dave Thompson
Di tengah duel sengit melawan Chelsea di Liga Champions, Barcelona harus menghadapi Real Madrid di La Liga. Laga ini menjadi penentu dalam perebutan gelar, dengan Madrid unggul empat poin jelang pertandingan. Barca wajib menang untuk menjaga asa mempertahankan gelar juara.
Namun, harapan mereka pupus setelah Cristiano Ronaldo mencetak gol kemenangan Madrid pada menit ke-73. Los Blancos menang 2-1 dan memperlebar jarak menjadi tujuh poin di puncak klasemen. Kekalahan ini praktis mengakhiri peluang Barcelona untuk mempertahankan trofi.
Sebagai perpisahan bagi Guardiola, Madrid akhirnya memastikan gelar La Liga dengan selisih sembilan poin. Barcelona harus mengakhiri musim tanpa trofi liga, sementara Madrid merayakan kejayaan mereka di bawah asuhan Jose Mourinho.
3 dari 6 halaman
Pelatih Manchester City, Josep Guardiola. (c) AP Photo/Kin Cheung
Manchester City memasuki final Liga Champions 2020/2021 dengan status favorit. Mereka tampil dominan di Liga Inggris dan mencetak banyak gol dalam perjalanan menuju partai puncak. Trofi Eropa pertama tampak semakin dekat bagi tim asuhan Pep Guardiola.
Namun, Chelsea yang tidak diunggulkan justru tampil lebih efektif. City kesulitan menciptakan peluang dan hanya mencatat satu tembakan tepat sasaran sepanjang laga. Kai Havertz kemudian mencetak gol penentu di akhir babak pertama.
Guardiola hanya bisa menyaksikan timnya gagal di laga terbesar. Chelsea, yang finis 19 poin di bawah City di Premier League, justru keluar sebagai juara. Kekalahan ini menunda ambisi Guardiola untuk membawa City berjaya di Eropa.
4 dari 6 halaman
Josep Guardiola saat Man City kalah 0-4 dari Tottenham di pekan ke-12 Premier League 2024/2025 (c) AP Photo/Dave Thompson
Musim 2024/2025 menjadi yang terburuk dalam karier Pep Guardiola. Manchester City mengalami penurunan performa drastis, bahkan muncul spekulasi bahwa ia bisa dipecat atau mundur. Setelah delapan tahun di klub, posisinya tiba-tiba dipertanyakan.
Puncak keterpurukan terjadi antara Oktober dan November 2024. Guardiola mencatat rekor buruk dengan lima kekalahan beruntun. City tumbang dari Bournemouth, Brighton, dan dihancurkan Sporting CP 4-1. Rentetan hasil buruk itu diawali dan diakhiri oleh kekalahan dari Tottenham di Piala Liga serta Premier League.
Laga terakhir melawan Spurs menjadi titik terendah. City dibantai 4-0 hanya beberapa hari setelah Guardiola menandatangani kontrak baru. Kontrak yang seharusnya memperkuat posisinya justru membuatnya terjebak dalam tekanan yang sulit dihindari.
5 dari 6 halaman
Liga Champions 2024/25: Pelatih Man City, Josep Guardiola, dalam laga vs Real Madrid di Bernabeu, 19 Februari 2025 (c) AP Photo/Manu Fernandez
Manchester City mendapat pukulan telak dari Real Madrid di Liga Champions 2024-25. Setelah kalah 2-3 di leg pertama akibat gol di masa injury time, mereka masih punya harapan untuk membalikkan keadaan. Namun, kenyataan berkata lain di leg kedua.
City dihancurkan 1-3 oleh Madrid di Etihad Stadium. Kylian Mbappe mencetak hat-trick dalam waktu satu jam, membuat lini pertahanan City terlihat lemah. Guardiola tak mampu menemukan solusi untuk menghentikan serangan lawan.
Setelah pertandingan, Guardiola menyebut ada tiga tim yang bisa menghentikan Madrid. Ironisnya, City tidak terlihat seperti salah satunya. Kekalahan ini semakin menegaskan bahwa dominasi mereka di Eropa sedang berada dalam ancaman besar.
Ao vivo
Ao vivo
Ao vivo
Ao vivo
Ao vivo
Ao vivo