Wawancara Diletta Leotta: Tidak Mudah Jadi Jurnalis Serie A Liga Italia, Sepakbola Seperti Agama | OneFootball

Wawancara Diletta Leotta: Tidak Mudah Jadi Jurnalis Serie A Liga Italia, Sepakbola Seperti Agama | OneFootball

In partnership with

Yahoo sports
Icon: Suara.com

Suara.com

·16 September 2022

Wawancara Diletta Leotta: Tidak Mudah Jadi Jurnalis Serie A Liga Italia, Sepakbola Seperti Agama

Gambar artikel:Wawancara Diletta Leotta: Tidak Mudah Jadi Jurnalis Serie A Liga Italia, Sepakbola Seperti Agama

Suara.com - Diletta Leotta membuat heboh akan telanjang bulat atau bugil keliling lapangan jika Barcelona kalahkan Bayern Munich. Namun aksi itu gagal karena Barca kalah. Di balik kehebohan itu, Diletta Leotta adalah sosok langka, menjadi jurnalis sepakbola Serie A Liga Italia di tengah dominasi lelaki di dalamnya.

Diletta Leotta merupakan presenter untuk DAZN selama empat tahun terakhir. Diletta Leotta sering meliput siaran langsung Serie A Liga Italia, termasuk Liga Champions Wanita.


Video OneFootball


Kariernya dimulai sejak tahun 2018, itu pertama kali Diletta Leotta berdiri di lapangan dan melaporkan situasi pertandingan.

Saat itu sangat dikit wanita jadi presenter sepakbola, namun sekarang sudah banyak.

“Pada tahun 2018 saya ingat bahwa saya benar-benar sendirian di lapangan”, katanya kepada Moving the Goalposts.

“Tapi sekarang [ada] begitu banyak wanita yang melakukan pekerjaan ini, jadi saya sangat senang menjadi bagian dari tim yang penuh dengan wanita ini. Awalnya memang tidak mudah untuk menyesuaikan diri di dunia yang didominasi laki-laki ini. Dan sekarang, saya pikir kami siap untuk mengalami pertunjukan inklusif dengan sepak bola dan wanita dalam sepak bola,” katanya lagi seperti dilaporkan Guardian.

Salah satu yang perlu dilakukan saat menjadi presenter olahraga adalah sikap ramah dan enerjik.

Namun itu tidak masalah untuknya. Sebab sepakbola sudah merasuk di sumsum Diletta Leotta. Dia suka sepakbola sejak kecil.

Dia sangat suka dengan atmosfer di lapangan dan bangku penonton.

“Pertandingan terakhir saya, Milan [melawan Internazionale] di San Siro luar biasa. Atmosfer dan derby itu gila. Saya harus mengatakan bahwa saya beruntung karena saya melakukan apa yang saya sukai," ceritanya.

Lihat jejak penerbit