Stats Perform
·31 Maret 2022
In partnership with
Yahoo sportsStats Perform
·31 Maret 2022
Barcelona diguncang isu tidak sedap baru-baru ini.
Gio Queiroz tak segan melakukan speak up atas pelecehan seksual yang pernah didapatkannya ketika memperkuat tim wanita Barcelona.
Sang pemain menulis surat terbuka yang ditujukan kepada presiden Joan Laporta tentang tuduhan yang sangat serius ini. Dalam suratnya itu, Queiroz blak-blakan, mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari para pria yang berada di internal klub Catalans.
"Presiden yang terhormat. Tidak mudah mencapai titik ini. Diperlukan berbulan-bulan mengalami kesedihan dan penderitaan. Terlepas dari segala yang telah saya lewati, hari ini saya ingin mengutuk perilaku kasar yang saya terima di dalam tim wanita Barcelona," ungkap Queiroz dalam suratnya.
"Budaya pelecahan dan kekerasan dari laki-laki terhadap perempuan tidak dapat diterima atau ditoleransi. Sebagian besar agresor menggunakan kekuatan mereka di dalam perusahaan untuk menaklukkan korban mereka, termasuk yang paling rentan, seperti gadis di bawah umur," lanjutnya.
Queiroz lantas membeberkan apa yang dia hadapi ketika bergabung ke Barca saat berusia 17 tahun.
"Sejak saat itu, saya mulai menerima perlakuan berbeda di klub. Pertama, menerima indikasi bahwa bermain untuk timnas Brasil tidak akan jadi hal terbaik untuk masa depan saya di klub. Terlepas dari pelecehan yang tidak menyenangkan dan terus-menerus, saya tidak menganggap masalah itu terlalu penting," bebernya.
"Mekanisme tekanan lainnya mulai terjadi. Mereka melecehkan saya dengan cara yang kasar, sehingga saya menyerah untuk membela timnas Brasil. Metode sewenang-wenang digunakan untuk tujuan yang jelas, merusak kehidupan profesional saya di dalam klub," jelas Queiroz.
Queiroz mengungkap kejanggalan pada Februari 2021 silam di mana dirinya menjadi sasaran isolasi ilegal oleh kepala layanan medis klub karena telah melakukan kontak dengan orang positif virus corona. Padahal, Departemen Kesehatan Catalonia telah menjelaskan harusnya tak ada prosedur penanganan semacam itu.
"Mereka mengunci saya secara ilegal dan saya tidak dapat meninggalkan rumah," kata Queiroz.
"Saya tidak bisa berlatih atau menjalankan rutinitas normal. Saya hancur," ungkapnya.
Setelah menuntaskan karantina, Queiroz mendapatkan otorisasi dari FIFA untuk bergabung dengan timnas Brasil. Namun, sejak kembali dari tugas internasional, masalah dia di Barca semakin pelik.
"Saya dipanggil untuk sebuah pertemuan dengan direktur klub. Saya dituduh telah melakukan indisipliner serius. Alhasil, saya akan dicoret dari tim dan menderita konsekuensi serius. Saya benar-benar terkejut," cerita Queiroz.
Klaim Barca terhadap sang pemain adalah pelanggaran karantina bahwa dia telah bepergian tanpa izin dari klub dan tanpa persetujuan dari kapten tim.
"Saya panik. Saya takut akan masa depan saya. Saya pulang ke rumah benar-benar hancur. Saya terus-terusan menangis. Saya merasakan kekosongan yang sangat besar. Saya tidak punya kekuatan untuk memperjuangkan hak saya," tuturnya.
"Dari momen itu, kehidupan saya berubah selamanya. Saya dihadapkan pada situasi yang memalukan selama berbulan-bulan. Seiring berjalannya waktu, pelecehan dan kekerasan psikologis menjadi lebih intens dan destruktif. Perempuan berhak mendapatkan rasa respek dan martabat," tukasnya.
"Klub harus bertanggung jawab untuk memastikan integritas fisik, mental, psikologis dan moral dalam menghadapi segala bentuk kekerasan. Saya berharap Barcelona bertindak konsisten dan transparan," tutup surat terbuka Queiroz.
Querioz, 18 tahun, saat ini telah angkat kaki dari Barcelona dan kini memperkuat tim wanita Levante.