INDOSPORT
·27 Oktober 2022
In partnership with
Yahoo sportsINDOSPORT
·27 Oktober 2022
INDOSPORT.COM - Mantan pilar SC Feyenoord Rotterdam, Yussa Nugraha, berbicara pengalaman dua musim berkarir di Indonesia. Menurutnya, ada perbedaan yang membuatnya harus kerja keras untuk beradaptasi.
Yussa merupakan pemain asal Solo yang berkarir di Belanda sejak usia 8 tahun. Ia membela sejumlah tim sebelum menjadi bagian dari SC Feyenoord Rotterdam.
Pengalaman baru kemudian dirasakan Yussa setelah terakhir berseragam HBS Craeyenhout pada 2019-2020. Yussa mendapat tawaran untuk berkarir di Indonesia, tepatnya dari tim kampung halamannya, Persis Solo.
Di Persis Solo, Yussa masuk dalam tim U-20 pada tahun 2021. Kemudian, pada tahun ini, Yussa dipinjamkan Persis Solo ke tim Liga 2, Nusantara United FC.
Mendapat pendidikan dasar bermain sepak bola di Belanda dan sempat berkarier di sana, Yussa merasakan perbedaan dalam dua tahun ini. Yussa dipaksa kerja keras pada musim pertama di Persis Solo U-20.
"Pada semusim awal bermain di klub Indonesia harus kerja keras buat adaptasi. Alhamdulillah sekarang sudah bisa lebih mengenal permainan Indonesia, walaupun sekarang aku diubah posisi bermain jadi wing back kanan," kata Yussa Nugraha.
Yussa merasakan perbedaan mencolok dari pola permainan. Selain itu, cuaca dan rumput lapangan juga cukup berbeda dari yang selama ini dirasakan di Belanda.
"Perbedaan mencolok ada di pola permainannya. Kalau di Belanda lebih taktik, satu dua sentuhan. Kalau di Indonesia permainannya lebih cepat, agresif dan direct ball. Selain itu juga rumput lapangan dan terberatnya cuaca," tutur Yussa.
Nusantara United bisa dibilang menjadi tim pertamanya untuk berkompetisi karena Persis Solo U-20 lalu tak ikut ajang resmi. Di Nusantara United, Yussa tak sekadar bertemu rekan seusianya. Ada banyak pemain senior yang punya pengalaman di persepakbolaan Tanah Air, seperti Boaz Isir, Tegar Pangestu hingga Roni Fatahillah.
"Perbedaan mencolok (dibanding tim U-20) aku lihat soal fisik dan mental. Di senior sekarang harus lebih berani karena lawan juga lebih berpengalaman. Liga 2 juga lebih agresif," jelas Yussa.
Langsung
Langsung