
Stats Perform
·14 April 2020
Suka Duka Shin Jae-Won Menjadi Putra Shin Tae-Yong

In partnership with
Yahoo sportsStats Perform
·14 April 2020
Reputasi pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong kala masih aktif sebagai pemain, maupun ketika menangani sebuah tim menjadi tekanan tersendiri bagi putranya, Shin Jae-won, yang kini merumput di kasta kedua kompetisi profesional Korea Selatan (K-League 2).
Jae-won mengawali karir profesionalnya dengan bergabung ke klub K-League 1, FC Seoul, pada musim 2019. Namun ia minim mendapatkan jam terbang, karena hanya tampil di dua pertandingan. Jae-won akhirnya memilih dipinjamkan ke klub K-League 2, Ansan Greener.
“Banyak orang bilang meninggalkan FC Seoul ke Ansan bukan pilihan yang mudah. Tapi buat saya, lebih baik pergi ke Ansan, dan mendapatkan menit bermain lebih banyak dibandingkan di Seoul,” tutur pemuda berusia 21 tahun itu diwartakan laman Sports-G.
“Selain itu, saya masih muda, dan saya berpikir lebih penting meningkatkan kemampuan dibandingkan menjaga gengsi. Tentu saja saya harus tetap bersaing di sini (Ansan).”
Jae-won mengakui tidak mudah lepas dari reputasi sang ayah yang sangat mengkilap ketika memperkuat Seongnam Ilhwa Chunma selama lebih dari satu dekade. Begitu juga saat menangani tim nasional Korsel di Piala Dunia 2018, sehingga membuat Jerman tersingkir di fase grup.
“Sejujurnya, sebelum saya berkarir di profesional tidak ada tekanan sama sekali. Tapi ketika sudah menginjakkan kaki di profesional, saya mulai merasakan sedikit tekanan. Jujur saja, Anda dituntut harus selalu bermain bagus, karena orang akan membandingkan dengan ayah Anda. Tapi itu menjadi pelecut buat saya,” beber Jae-won.
Di lain sisi, Jae-won merasa diuntungkan memiliki ayah seperti Tae-yong. Setidaknya, ia tak terlalu sering mendapat omelan, karena Tae-yong memahami dunia sepakbola lebih mendalam.
“Jika ayah bukan pesepakbola atau pelatih, mungkin saya akan sering mendapat omelan. Dia lebih sering memberikan masukan tentang kekurangan saya. Jika saya bermain bagus, dia akan bilang 'kerja yang bagus',” ungkap pemain berposisi winger itu.
“Dia sering memberikan penjelasan dengan menggambarkan skema permainan di sebuah papan. Ayah selalu punya pemikiran yang bagus. Jika saya tidak bermain bagus, saya akan selalu berpikir 'semua bergantung kepada diri sendiri'.”
Kendati sang ayah menangani tim nasional, Jae-won tidak merasa dianakemaskan. Ia mengingat pengalamannya ketika Tae-yong menangani timnas U-20 untuk Piala Dunia U-20 2017. Saat itu, Tae-yong dengan tegas tidak akan memasukkan putranya ke dalam tim.
“Di hari ketika ayah ditunjuk menjadi pelatih timnas U-20, dia makan malam bersama keluarga. Di satu kesempatan, ayah bilang kepada saya, 'Jae-won, orang tua akan selalu siap berkorban [untuk anak], tapi kali ini kamu yang harus berkorban. Maaf, saya tidak akan memasukkan kamu ke dalam tim,” kenang Jae-won.
“Mungkin jika saya masuk ke dalam tim U-20, akan banyak orang yang mencaci maki. Ayah menyadari, jika dia memasukkan saya ke dalam tim, bukan hanya saya yang tersakiti, tapi dia juga. Tentu saja saya punya keinginan main di Piala Dunia, tapi ketika ayah ditunjuk sebagai pelatih, harapan itu sirna.”
Namun harapan Jae-won untuk meningkatkan dan membuktikan kemampuannya di K-League 2 terpaksa ditunda akibat pandemi virus Corona. Hingga kini pengelola kompetisi belum bisa memastikan kapan liga bisa digulirkan sejak jadwal kick-off pada 29 Februari lalu mengalami penundaan.
SIMAK JUGA: BERITA SEPAKBOLA NASIONAL!