Stats Perform
·27 Maret 2019
In partnership with
Yahoo sportsStats Perform
·27 Maret 2019
Aplaus berdiri membahana di Ennio Tardini, Rabu (27/3) dini hari WIB, saat Italia mencukur Liechtenstein 6-0 dalam partai lanjutan Kualifikasi Euro 2020.
Ini bukan soal kemenangan telak yang dipetik Italia di laga itu, melainkan karena adanya satu peristiwa bersejarah. Adalah Fabio Quagliarella yang resmi tercatat sebagai pencetak gol tertua timnas Italia sepanjang masa.
Ia menyumbang sepasang penalti ke gawang Liechtenstein untuk menyegel rekor tersebut dalam usia 36 tahun 54 hari. "Dua gol. Malam yang indah," kata Quagliarella kepada Rai Sport.
"Saya berterima kasih kepada rekan setim saya, karena mereka mendesak saya mencetak gol ketiga di babak kedua. Semuanya ingin membantu saya mencetak gol dan itu luar biasa. Saya juga ingin berterima kasih kepada fans. Aplaus berdiri yang mereka berikan akan selamanya saya kenang."
"Rasanya sudah lama sekali saya tidak bermain untuk timnas, jadi bisa kembali di sini terasa luar biasa," imbuh Quagliarella, yang harus menunggu sembilan tahun untuk mendapat pemanggilannya kembali bersama Italia.
Walau kedua gol itu tercipta melalui titik putih kontra tim semenjana, rekor tetaplah rekor. Quagliarella memang sangat pantas diganjar rekor tersebut menilik performa impresifnya di sepanjang musim ini bareng Sampdoria.
Hingga giornata 28 Serie A Italia 2018/19, sebanyak 21 gol mampu ia cetak. Quagliarella pun berada di puncak daftar topskor sementara, mengungguli mesin gol Juventus Cristiano Ronaldo dan bomber muda AC Milan Krzysztof Piatek.
Menariknya lagi, torehan 21 gol itu sudah menyamai pencapaian gol terbanyak semusim dalam kariernya, yang ia bukukan di Udinese pada musim 2008/09. Artinya, Quagliarella tinggal berjarak satu gol untuk resmi menyebut 2018/19 sebagai musim terproduktifnya!
Quagliarella bahkan membuat rekor lain yang lebih fenomenal bersama Blucerchiati pada Januari lalu. Ia mencetak gol beruntun di 11 partai Serie A, menyamai catatan striker legendaris Argentina Gabriel Batistuta.
Di usia senja, Quagliarella justru menunjukkan sinar paling terangnya. Barangkali inilah golden hour dari sang striker gaek.
"Saya sudah berusia 36 tahun, tapi saya tidak merasakannya. Saya bahagia dan berada dalam kondisi fisik bagus. Saya berlatih dengan baik di Sampdoria. Terima kasih Roberto Mancini karena telah mengamati saya sepanjang musim dan memberikan kesempatan ini," sambungnya.
Namun, yang lebih penting dari rekor gol Quagliarella adalah melihat bagaimana Italia berkembang. Setelah gagal lolos ke Piala Dunia 2018, mereka kini mulai keluar dari lubang keterpurukan.
Pesta enam gol, rekor Quagliarella, hingga mencuatnya pemuda seperti Moise Kean hanyalah feelgood factor yang akan membantu Gli Azzurri mencapai tujuan utama: kembali ke jajaran elite sepakbola dunia.
"Kami adalah Italia dan performa seperti inilah yang harus kami tampilkan. Kami memliki skuat muda yang hanya akan semakin berkembang," tandas Quagliarella.