Reporter Denmark Ditahan Polisi Qatar karena Liput Demo Anti Iran saat Piala Dunia 2022, Sempat Rusuh | OneFootball

Reporter Denmark Ditahan Polisi Qatar karena Liput Demo Anti Iran saat Piala Dunia 2022, Sempat Rusuh | OneFootball

In partnership with

Yahoo sports
Icon: Suara.com

Suara.com

·2 Desember 2022

Reporter Denmark Ditahan Polisi Qatar karena Liput Demo Anti Iran saat Piala Dunia 2022, Sempat Rusuh

Gambar artikel:Reporter Denmark Ditahan Polisi Qatar karena Liput Demo Anti Iran saat Piala Dunia 2022, Sempat Rusuh

Suara.com - Reporter Denmark ditahan polisi Qatar karena liput demo anti Iran di sela-sela Piala Dunia Qatar di Doha. Mereka ditangkap dan ditahan.

Demo terjadi dengan ricuh. Saat itu digambarkan massa pendukung pemerintah menyerang pendemo anti pemerintah.


Video OneFootball


Jurnalis yang ditangkap disebutkan bernama Rasmus Tantholdt, dari jaringan TV2 Denmark.

Dia merekam para penggemar Iran yang bentrok atas protes hak-hak perempuan yang sedang berlangsung setelah pertandingan Iran v AS pada hari Selasa, 29 November kemarin,

“[Saya] ditahan oleh polisi Qatar karena merekam orang-orang Iran yang [diserang] oleh orang-orang Iran yang pro-pemerintah,” begitu tweet wartawan itu, dikutip dari Independent.

Ini kedua kali kekerasan terhadap jurnalis Denmark terjadi. Dan juga terjadi pada jurnalis TV2 Denmark.

Salah satu dari mereka melambai ke kamera sementara yang lain memegangnya dan menutupi lensa.

"Tuan, Anda mengundang (jurnalis dari) seluruh dunia untuk datang ke sini, mengapa kami tidak dapat membuat liputan? Ini tempat umum," kata Rasmus Tantholdt, dikutip dari Daily Mail.

Rasmus Tantholdt pun menunjukan kartu pers.

"Kami dapat liputan di mana pun kami mau."

Hanya saja petugas tetap tidak mengizinkan.

"Kamu bisa merusak kameranya. Kamu ingin merusaknya? Oke, kamu merusak kameranya. Jadi kamu mengancam kami dengan menghancurkan kameranya?"

Tantholdt mengungkapkan bahwa mereka telah menerima permintaan maaf dari kantor media internasional Qatar dan Komite Tertinggi mereka.

"Itu cukup bagus, tetapi masih memberi tahu di negara mana kita berada," kata Rasmus Tantholdt.

"Ini bukan negara yang bebas dan demokratis. Pengalaman saya setelah mengunjungi 110 negara di dunia, semakin Anda harus bersembunyi, semakin sulit untuk melapor dari sana," tutup Rasmus Tantholdt.

Lihat jejak penerbit