Stats Perform
·20 Desember 2019
In partnership with
Yahoo sportsStats Perform
·20 Desember 2019
Marcus Rashford, Leroy Sane, OUsmane Dembele dan Kinsley Coman adalah sederet bintang yang dahulu namanya berada di balik bayang-bayang Renato Sanches ketika sang bintang meraih penghargaan Golden Boy pada 2016.
Sayang, seiring berjalannya waktu malah muncul kekhawatiran di mana aksi terbaiknya hanya akan diingat ketika dia memberikan umpan pada sebuah papan iklan.
Saat dipinjamkan ke Swansea dan hanya mencatatkan 15 penampilan dalam satu musim, aksi menggelikan itu terjadi di Stamford Bridge ketika dia mengira logo Carabao sebagai rekan satu tim.
Manajer Paul Clement masih memberi ampun dan menunggu hingga masa rehat sebelum menggantikan Sanches karena tampil di bawah standar.
Momen seperti itu bisa mewakili cerita bagaimana seorang pemain menjanjikan yang gemilang bersama Benfica dan Portugal mulai kehilangan arah.
Transfer seharga €35 juta ke Bayern Munich terbukti jadi bencana. Petualangan sang gelandang di Jerman di Allianz Arena hanya menghasilkan sebiji gol.
Si Bocah Emas telah berubah menjadi debu.
Tetapi sekarang terlihat tanda-tanda kebangkitan setelah dia bergabung ke Lille seharga €25 juta pada musim panas lalu.
Berbicara jujur, awal performa Sanches di Prancis tidak bisa disebut mulus.
Kegagalan tiga tahun sebelumnya telah menghancurkan kepercayaan diri yang ditambah dengan cedera hamstring. Akan tetapi seiring dengan membaiknya sentuhan Lille secara tim, begitu juga dengan Sanches.
Pada awalnya Lille dianggap sebagai tim yang bisa memulihkan Sanches, tetapi sekarang situasinya berbeda; Lille ada di pundak Sances.
Pelatih kepala Christophe Galtier sudah memainkan bintang kelahiran Lisbon tersebut di sejumlah posisi di sektor tengah lapangan namun sekarang dia bergeser lebih ke kanan. Keputusan jitu!
Pada posisi yang sebelumnya dikuasai oleh Nicolas Pepe tersebut, Sanches menemukan lagi kegigihan yang pernah diperlihatkannya untuk menarik perhatian dunia.
Gol pertamanya untuk Lille tercipta pekan lalu ke gawang Montpellier. Penampilannya secara keseluruhan begitu menggoda, tangguh dengan bumbu trik-trik mengagumkan. Ya, perlahan kepercayaan dirinya pulih
Ketika pertandingan memasuki menit 84, Sanchez jadi penentu kemenangan. Bergerak dari sayap menuju kotak penalti, dia berhasil membuka ruang untuk melepaskan tembakan keras yang menusuk ke tiang dekat.
"Gol ini sudah lama saya nantikan," aku Sanches. "Saya bahagia dan saya sudah mengatakan pada rekan satu tim akan mencetak gol. Saya juga punya banyak peluang di laga-laga sebelumnya."
"Kali ini kerja keras terbayar. Terasa menyenangkan dan membuat bahagia."
Tetapi gol itu bukan satu-satunya yang menghadirkan kesan positif.
Sepanjang musim ini Sanches telah mengoleksi 10 dribble -rekor di Ligue 1, melewati Neymar - mencatat lima tembakan dengan empat di antaranya mengenai sasaran dan berhasil memenangkankan possession dalam delapan kesempatan.
"Dia lebih baik dari 21 pemain lainnya," puji Galtier. Dia punya hal-hal yang bisa membawa orang-orang mendatangi stadion."
Meski Sanches bukan penentu dalam kemengangan tandang 3-0 atas Monaco di Coupe de la Ligue, dia berhasil merepotkan benteng pertahanan tuan rumah dengan tusukan-tusukannya. Satu elastico jadi highlight.
Xeka, rekan setim dan senegara Sanhes mengatakan, masih banyak hal yang bisa ditawarkan dari sang jawara Eropa.
"Dia bermain secara reguler dan itu yang jadi perbedaan," terangnya. "Sekarang dia lebih mudah memperlihatkan level permainan. Dia tampil bagus pekan lalu namun itu bukan yang terbaik. Saya mengenalnya, saya tahu dia masih bisa lebih dari itu."
Komentar yang bebahaya bagi lawan Lille, tetapi menjadi penyemangat bagi pemain muda yang mengaku sempat jatuh.
"Benar, dalam satu atau dua tahun saya tidak berada di level yang seharusnya," akunya. "Tetapi itu masa lalu, saya sekarang telah menemukan lagi sentuhan terbaik."
"Saya menikmati kehidupan di Lille dan bermain untuk LOSC. Kota muda, tim muda."
Sanches masih harus membuktikan diri dalam waktu panjang jika ingin menghapus predikat flopp yang menghampirinya di Jerman dan Inggris.
Tetapi jika dia mampu tampil konsisten seperti sekarang, maka untuk dikenal lagi sebagai bakat emas hanya tinggal menunggu waktu.