Stats Perform
·26 Januari 2022
In partnership with
Yahoo sportsStats Perform
·26 Januari 2022
Asosiasi Sepakbola Afrika (CAF) menolak saran untuk menunda atau membatalkan gelara Piala Afrika 2021 setelah adanya tragedi yang menewaskan delapan suporter di ibu kota Kamerun, Yaounde.
Selain delapan orang meninggal dunia, 38 orang lainnya dibawa ke rumah sakit karena cedera — tujuh dalam keadaan kritis — selama pertandingan babak 16 besar antara tuan rumah Kamerun dan Komoro. Insiden itu disebabkan karena runtuhnya sebuah penghalang di stadion hingga ada kerumumunan yang terinjak-injak oleh suporter yang berusaha masuk ke stadion.
Sehubungan dengan tragedi tersebut, presiden CAF, Dr Patrice Motsepe memberikan penjelasan mengenai alasan Piala Afrika tetap dilanjutkan, karena meyakini bahwa gelaran turnamen masih bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat Kamerun.
"Masalahnya adalah apakah kami harus menunda pertandingan [Selasa], dan itu adalah pertanyaan penting," katanya kepada wartawan. "Dari sisi saya, saya tidak bisa hanya berkonsultasi, tetapi juga mendengarkan arahan dari berbagai pemangku kepentingan."
"Kesimpulannya adalah kami harus mengheningkan cipta, dan sehubungan dengan pertandingan [Selasa], itu adalah masalah untuk didiskusikan dan dipertimbangkan."
"Namun, sungguh luar biasa bagaimana, bahkan di antara mereka yang terluka, dua mengatakan kepada saya bahwa mereka tidak sabar untuk keluar dari rumah sakit dan pergi ke stadion."
"Saya melihat adanya semangat, gairah mutlak orang-orang Kamerun dan cinta mereka pada sepakbola; itu menyatukan orang-orang, dan semangat sepakbola di negara karena sudah mengakar."
Sementara Motsepe mengungkapkan bahwa CAF akan mengadakan pertemuan dengan Komite Penyelenggara Kamerun, Rabu (26/1) ini, untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut tentang bencana di stadion, ia meyakini bahwa ditutupnya gerbang yang menjadi pintu masuk di sektor timur, menjadi penyebab awal tragedi.
"Ada pintu gerbang yang ditutup yang dimaksudkan untuk dibuka, dan jika sudah dibuka, orang-orang bisa masuk," lanjutnya. "Untuk alasan yang tidak bisa dijelaskan, itu ditutup."
"Jika itu dibuka, seperti yang seharusnya, kita tidak akan melihat adanya tragedi tersebut, hilangnya nyawa banyak orang."
"Sebagai bagian dari penyelidikan ini, kami ingin tahu siapa yang menutupnya dan siapa yang bertanggung jawab, karena kami tidak boleh berkompromi dalam desakan kami untuk memiliki tindakan yang tepat yang terbaik di dunia."
"Mungkin ada keadaan yang tidak terduga ketika gerbang yang seharusnya terbuka ditutup, tetapi kami dan mitra kami, kami memiliki komitmen besar untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat dilakukan sehingga tidak ada tragedi lain."