Nottingham Forest 1977-1978: Taklukkan Kasta Tertinggi dan Diperkuat Mantan Pelatih Timnas Indonesia | OneFootball

Nottingham Forest 1977-1978: Taklukkan Kasta Tertinggi dan Diperkuat Mantan Pelatih Timnas Indonesia | OneFootball

In partnership with

Yahoo sports
Icon: Bolasport.com

Bolasport.com

·5 Juni 2022

Nottingham Forest 1977-1978: Taklukkan Kasta Tertinggi dan Diperkuat Mantan Pelatih Timnas Indonesia

Gambar artikel:Nottingham Forest 1977-1978: Taklukkan Kasta Tertinggi dan Diperkuat Mantan Pelatih Timnas Indonesia

BOLASPORT.COM - Tim promosi Nottingham Forest dalam sejarahnya bukanlah tim sembarangan. Pada musim 1977-1978, mereka pernah menjadi penguasa Liga Inggris.

Pada 22 April 1978, di Stadion Highfield Road, kandang Coventry City, sekitar 30.000 penonton menyaksikan pertandingan antara Coventry City melawan Nottingham Forest.


Video OneFootball


Pada pertandingan itu, Nottingham Forest mempunyai misi untuk mengunci gelar Liga Inggris 1977-1978.

Hasilnya, misi yang dibawa oleh Nottingham Forest berhasil dituntaskan setelah bermain 0-0 melawan Coventry City.

Hasil akhir tersebut sudah cukup untuk membuat Notinghham Forest mengunci gelar Liga Inggris.

Itu adalah gelar pertama mereka di kompetisi teratas Liga Inggris, dan menjadi tim ke-5, setelah Liverpool (1906), Everton (1932), Tottenham Hotspur (1951), dan Ipswich (1962) yang jadi juara dengan status tim promosi.

Kesuksesan meraih gelar juara Liga Inggris juga membuat Nottingham Forest berhasil meruntuhkan keraguan Bob Wilson, pandit BBC, yang mengatakan bahwa Nottingham Forest adalah gelembung yang akan segera pecah ketika tim dari West Bridgeford itu promosi ke kasta tertinggi.

Hanya saja, komentar Wilson sedikit ada benarnya.

Pasalnya, kiprah Nottingham Forest di skena persepakbolaan Inggris bisa dikatakan biasa saja.

Di Divisi Satu, mereka lebih banyak berkutat di papan tengah dan beberapa kali di papan bawah. Prestasi terbaiknya: runner up tahun 1966-1967 dan 1978-1979.

Sementara dalam 113 tahun sejarah Notingham Forest, sebelum memenangkan gelar Liga Inggris, mereka hanya pernah memenangkan 4 trofi yaitu, 2 Piala FA dan 2 gelar divisi kedua Liga Inggris.

Di samping itu, daripada prestasinya, Nottingham Forest malah lebih dikenal sebagai klub yang punya adminsitrasi unik.

Mereka adalah satu-satunya klub dari 92 klub di Liga Inggris saat itu yang bukan merupakan perusahaan terbatas dan dijalankan oleh komite yang terdiri dari 9 orang yang dipilih oleh member klub.

Selebihnya adalah sebuah klub dari kota kecil yang oleh ketuanya sendiri dikatakan sebagai klub paling tidak progresif di Inggris.

Sampai kemudian, datang sang messiah bernama Brian Clough.

Ia yang dikenal karismatik dan bermulut besar mengubah nasib buruk Nottingham Forest dan membawa Notinggham Forest dari satu kesuksesan ke kesuksesan lainnya.

Tak lupa Brian Clough mengantarkan Nottingham dan suporternya ke zaman emas yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya.

Nasib berubah sejak kedatangan Brian Clough

Brian Clough datang ke Nottingham saat kariernya sedang tidak baik-baik saja. Dia dipecat dari Leeds United pada 12 September 1974, ketika masa kerjanya baru 44 hari.

Pangkal utamanya karena Clough lebih sering bertengkar dengan pemainya sendiri dan buruknya performa Leeds United di divisi satu.

Mereka hanya menang sekali dalam 6 pertandingan perdana di liga, menyebabkan Leeds terjerembap di peringkat 19.

Hasil yang berujung pada pemecatan Clough dan kompensasi berupa mobil Mercedes.

Selepas dipecat dari Leeds, ia menganggur selama tiga bulan. Sampai akhrinya, datanglah tawaran dari Nottingham, klub yang berkutat di divisi dua Liga Inggris.

Stuart Dryden, wakil ketua Nottingham Forest menawari Brian Clough saat mereka bertemu di sebuah pertandingan kriket.

Oleh Stuart Dryden, tawaran kepada Clough disampaikan kepada Brian Appelby, ketua Nottingham Forest, dan ia menyetujuinya.

Sebab, dalam pandangan Appleby, Clough dirasa mampu membawa perubahan di klub paling tidak progresif di Inggris Raya.

Gayung bersambut, Clough menerima tawaran tersebut dan pada tanggal 6 Januari 1975, Cloguh resmi menjadi manajer Nottingham Forest menggantikan Allan Brown yang mengalami pemecatan.

Pada awal kedatangannya di Nottingham Forest, performa klub cukup buruk, menempati peringkat 13 di kompetisi kasta kedua Liga Inggris dan jumlah penonton yang hadir di City Ground, kandang Nottingham Forest tidak banyak.

Ditambah dengan terbatasnya dana yang dimiliki Nottingham Forest membuat Clough membawa beberapa rekan kerjanya di Leeds seperti Jimmy Gordon, oleh Clough dianggap punya pengetahuan mendalam soal sepak bola.

Pertandingan pertamanya adalah ketika Nottingham Forest bertandang ke White Hart Lane melawan Tottenham di babak ketiga Piala FA pada 8 Januari 1975, yang berkesudahan 1-0 untuk keunggulan Tricky Forest lewat gol Martin O’neill.

Sebuah debut yang cukup mengesankan.

Pada setengah musim perdannaya, ia hanya membawa Nottingham Forest menempati peringkat 16 kompetisi Divisi Dua Liga Inggris.

Tak mengejutkan, sebab menurut Clough beberapa pemainnya disebutnya tidak bisa bermain bola dan payah dalam mengumpan.

Bahkan, John Roberston, pemain kunci Clough dalam kesuksesan Nottingham Forest, pada awalnya adalah pemain bola yang perokok berat, kelebihan berat badan akibat pola makan yang salah, dan pemain yang lambat.

Pernah dalam suatu pre-season di Jerman, Clough memerintahkan pemainnya untuk pemansan.

Namun, ia menemukan Robertson hanya berdiri di ruang ganti, tidak mengikuti rekan-rekan lainnya pemansan.

Tapi dasar Robertson, keberuntungan memang masih berteman baik dengannya, Clough masih percaya dengan talentnya.

Ia meminta Robertson untuk berhenti merokok dan memperbaiki pola makannya.

Sedikit demi sedikit, Clough berhasil mengubah Robertson dari pemain yang malas menjadi pemain kunci Nottingham Forest.

Seiring dengan kemampuan Robertson yang meningkat, Clough juga membangun timnya secara perlahan.

Di musim penuh perdanyanya (1975-1976), timnya berkembang dengan cukup baik setelah Clough membuang para pemain yang tidak mau bekerja keras.

Hasilnya, ia membawa Nottingham Forest menduduki peringkat 8 di divisi dua.

Di musim selanjutnya, manajemen mendesak Brian Clough untuk menjalin kembali kemitraannya dengan Peter Taylor.

Hal ini dilakukan agar Clough punya mitra yang bisa dipercaya dan tidak merasa terisolasi ketika berhadapan dengan sembilan orang komite.

Akhirnya, pada bulan Juli 1976, Clough bereuni dengan Taylor, sosok yang perah bekerja sama dengannya di Derby County.

Bersama-sama, mereka ubah Nottingham Forest menjadi kekuatan dominan di dekade 70-an.

Dimulai dengan menjuarai gelar Anglo-Scottish Cup , sebuah kompetisi musim panas yang mempertemukan klub-klub Inggris dan Skotlandia, pada tahun 1976-1977 mengalahkan Orient FC dengan agregat 5-1, melalui final yang diselanggarakan dalam dua leg.

Gelar yang dalam ingatan Clough sangat penting bagi klub dan para pemain karena memberi mereka piala dan medali pertama untuk para pemain seperti Woodcock, Peter Withe dan lainnya.

Tak sampai di situ, di tahun yang sama dengan raihan gelar Scottish, Clough membawa Nottingham Forest promosi ke kasta tertinggi Liga Inggris setelah di akhir musim menduduki peringkat ke-3 di Divisi Dua Liga Inggris, di bawah Chelsea dan Wolverhampton Wanderes.

Kesuksesan meraih gelar Anglo Scottish dan promosi ke divisi satu adalah hasil kerja keras Clough, staf pelatih dan para pemainnya, yang membuat Nottingham Forest berprogres dengan baik.

Brian Clough berhasil mengubah pemain yang biasa-biasa saja atau masih mentah, menjadi luar biasa, seperti Viv Anderson, Tony Woodcock, Martin O’neill, dan John Robertson.

Dipadukan dengan pemain-pemain yang dibeli atas rekomendasi Taylor.

Walaupun beberapa pemain rekomendasi  Taylor gagal di klub sebelumnya, tetapi di Nottingham, Clough mampu mengubahnya menjadi tulang punggung tim, contohnya Larry Lloyd dari Coventry City dan Peter Withe dari Birmingham City.

Pemain-pemain yang sudah menjadi tulang punggung Nottingham Forest sejak Divisi Dua tetap dipertahankan untuk mengarungi kompetisi Divisi Satu. Ditambah beberapa pemain yang dibeli pada musim transfer.

Kenny Burns dibeli dari Birmingham City dengan harga cukup mahal ketika itu, yang menimbulkan kesangsian dari banyak pihak karena reputasi buruk  Burns sebagai peminum berat dan tukang judi.

Taylor tidak mundur dan ia percaya Burns dapat menjadi pilar penting untuk Nottingham.

Intuisi Taylor tidak salah, Burns jadi pemain penting untuk Nottingham Forest di lini pertahanan selama mengarungi kompetisi divisi satu Liga Inggris.

Beberapa minggu kemudian, Archie Gemmill dibeli dari Derby County dan yang termahal, Peter Shilton dari Stoke City, yang dirasa terlalu besar untuk keuangan Nottingham Forest.

Akan tetapi, Taylor berpendapat bahwa Shilton akan membawa kemenangan untuk Nottingham Forest.

Dan memang benar perkataan Taylor,  Shilton jadi salah satu pemain yang punya andil besar dalam zaman keemasan Nottingham Forest.

Setelah menambal sulam timnya, Clough bersama anak buahnya di Nottingham Forest mengawali kiprah mereka di kompetisi Divisi Satu Liga Inggris dengan tiga kemenangan beruntun melawan Everton, Bristol City, dan Derby County.

Meskipun rekor 100 persen mereka berkahir dengan kekalahan 3-0 dari Arsenal, Nottingham Forest memenangkan 3 pertandingan selanjuntya dengan kemenangan dan membawa mereka menduduki posisi kedua pada bulan September di tabel, di belakang Manchester City.

Kemenangan 4-0 atas Ipswich pada awal Oktober menempatkan Nottingham Forest di puncak klasemen.

Pada bulan November, Nottingham sempat kalah dari Chelsea dan Leeds United. Itu adalah dua kekalahan terkahir Nottingham.

Kemenangan atas Manchester United dengan segera melunturkan keragu-raguan banyak pihak atas kiprah mereka Nottingham Forest di Divisi Satu.

Pasalnya 'gelembung' tetap utuh sepanjang musim dan mereka ada di jalan yang tepat untuk meraih gelar juara.

"Kami menunjukkan kepada semua pihak dan media bahwa kami cukup mumpuni untuk memenangkan gelar," kata Clough, dinukil BolaSport.com dari Game of the People.

Pasca natal, tidak ada yang bisa menghentikan keganasan Nottingham Forest.

Arsenal dikalahkan dengan skor 2-0, menekuk Chelsea 3-1, dan mengalahkan West Ham dan Newcastle, masing-masing dengan skor 2-0.

Sampai kemudian, Nottingham Forest memastikan gelar juara Liga Inggris, saat pertandingan masih menyisakkan 4 pertandingan, pada tanggal 26 April 1978 setelah bermain seri melawan Coventry City.

Pada akhir musim, Nottingham unggul dari Liverpool dengan 7 poin di era ketika kemenangan masih diberi 2 poin. Piala diberikan pada 29 April 1978 di City Ground, pada pertandingan Nottingham Forest melawan Birmingham City yang berkahir 0-0.

Gelar Divisi Satu adalah gelar pertama Liga Inggris untuk Nottingham Forest dan gelar kedua Liga Inggris untuk Brian Clough.

Hal ini membuatnya menjadi manajer kedua setelah Herbert Chapman (Huddersfield Town 1924 & 1925, dan Arsenal tahun 1931 & 1933) yang memenangkan gelar Liga Inggris bersama dua klub  berbeda.

Pada musim yang sama, Nottingham Forest juga berhasil meraih gelar juara Piala Liga, mengalahkan Liverpool 1-0 di Old Trafford, pada 22 Maret 1978 setelah sempat bermain seri di stadion Wembley 4 hari sebelumnya.

Di ranah individu, tiga pemain Nottingham Forest dan sang pelatih, Clough, mendapatkan gelar Individu.

Kenny Burns adalah Pemain Terbaik versi Asosiasi Wartawan Sepak Bola Inggris, Peter Shilton Pemain Terbaik PFA tahun 1977-1978, Tony Woodcock Pemain Muda Terbaik tahun 1977-1978, dan Brian Clough dinobatkan sebagai Pelatih Terbaik tahun 1977-1978.

Taktik Nottingham Forest

Dinukil BolaSport.com dari Goalden Times, Nottingham Forest di bawah Clough sama seperti tim bagus lainnya, kuat dalam bertahan, solid di lini tengah, dan kreatif dalam menyerang.

Akan tetapi lebih dari segalanya mereka fleksibel.

Mereka membalas pendekatan bola panjang, dengan pendekatan operan-operan pendek

Dari segi taktik, Clough membuatnya sederhana dan minimalis dengan formasi dasar 4-4-2.

Clough percaya bahwa para pemainnya, yang dipilih sendiri oleh dirinya dan Taylor, cukup cerdas untuk memberikan tanggung jawab dan mengubah tugas mereka di lapangan.

Salah satu aspek lain dari filosofi permainannya adalah memadukan bakat menyerang dengan retensi bola.

Jadi, sementara satu pemain sayap tetap melebar, yang lain umumnya bermain dalam posisi mundur dengan penguasaan bola sebagai tujuan utama.

Skuad

Sebagai juara Divisi Satu, sebenarnya Nottingham Forest tidak memiliki pemain yang punya bakat atau teknik seperti Manchester City pada 1968, Leeds 1974 atau tim Liverpool-nya Bob Paisley.

Mereka hanya bermain secara fungsional atau mekanis namun selalu disiplin, seperti tim Clough yang sudah-sudah.

Tapi, jangan lupa, Nottingham Forest juga punya duet Clough dan Taylor yang punya kemampuan mengeluarkan potensi terbaik para pemainya.

Hanya saja, jangan mengira para pemain yang ada di skuad Clough adalah sekumpulan pemain bintang.

Pemain yang ada di skuad Clough adalah pemain yang biasa saja, underrated atau pemain yang sudah habis.

Contohnya adalah Frank Clark yang pindah ke Nottingham Forest dari Newcastle dengan status bebas transfer, saat kariernya sudah habis di Newcastle. Tak disangka, ia malah sangat berguna untuk Clough.

Kemudian, Peter Shilton, pemain yang merasakan degradasi di musim 1976/1977 bersama Stoke City. Hidupnya seketika berubah saat bergabung ke Nottingham Forest di tahun 1977/1978.

Di bawah asuhan Clough, Shilton menjadi pemain yang signifikan dalam musim juara Nottingham Forest.

Bukti? Penyelamatan krusialnya atas sundulan Mick Ferguson saat melawan Coventry City yang berhasil mengunci gelar juara Liga Inggris dan penghargaan inividu berupa player of the year di akhir musim.

Pemain lainnya seperti  Burns, bermain sebagai striker di Birmingham, oleh Clough dipindah menjadi sweeper, karena Burns punya skill dan teknik seperti Booby Moore.

Bersama Lloyd, Burns membuat pertahanan Nottingham menjadi kokoh. Kenny Burns menjalai musim yang luar biasa di tahun pertamanya di Nottingham Forest. Atas penampilan impresifnya, ia menggondol gelar player of the year dari The Football Writer Association.

Duet Burns di pos bek tengah, Larry Lloyd, pemain yang terkenal bengal dan indisipliner, dibeli dari Coventry City dan mendapatkan kembali mojonya di Nottigham Forest.

Larry Lloyd adalah tandem ideal untuk Burns, jika Burns sangat berteknik, Lloyd adalah bek dengan tipikal keras dan tanpa kompromi.

Di bek sayap, ada pemain muda yang menjanjikan, Viv Anderson, yang berkembang menjadi salah satu full-back terbaik Inggris dan pemain kulit hitam pertama yang bermain untuk timnas Inggris.

Ditambah dengan bek sayap bagus namun kurang mendapatkan perhatian, yaitu Collin Barret.

Archie Gemmill yang seharusnya sudah melewati masa terbaiknya, diangkut dari Derby County  dan dalam waktu yang singkat menjadi pemain yang vital di lini tengah Nottingham Forest. Ia cepat, ngotot, dan kompetitif.

Pemain lama seperti John Robertson yang telah berada di Nottingham Forest selama bertahun-tahun, tetapi kelebihan berat badan, tidak sehat, dan tidak mampu mengularkan kemampuan terbaiknya.

Setelah Clough datang, Robertson menjadi pemain sayap kiri yang paling cerdas dan kreatif di Inggris Raya.

Clough juga menggunakan pemain yang sudah lama bekerja dengannya, yakni John McGovern yang pernah bekerja sama dengan Clough di Hartlepools United, Derby County, dan Leeds United.

McGovern sang gelandang underrated itu bermain sangat konsisten di lini tengah Nottingham Forest. David Needham yang datang dariQueens Park Rangers adalah bek yang bisa mengumpan dengan akurat saat di-pressing lawan.

Martin O'Neill, si gelandang cerdas, berkembang menjadi pemain yang bagus setelah melewati masa-masa sulitnya.

Ian Bowyer, yang bergabung dari Leyton Orient FC, adalah gelandang pekerja keras dan serba bisa.

Di depan, Peter Withe, pemain yang di kemudian sempat melatih timnas Indonesia, adalah salah satu pembelian terbaik Nottingham Forest dan menjadi pemain yang diandalkan oleh Clough untuk mencetak gol. Hasilnya, 19 gol ia lesakkan ke gawang lawan.

Terakhir, jangan lupakan peran Taylor, sang asisten Brian Clough.

Cloguh sangat percaya pada kemampuan Taylor dalam urusan melihat potensi pemain.

Peter Taylor punya kriteria dalam membeli atau melihat potensi pemain.

Pertama, Taylor tidak terlalu mempedulikan kecepatan pemain. Baginya, kecepatan adalah atribut nomor dua pada pemain bola.

Pasalnya, Taylor sering melihat pemain yang punya kecepatan seperti cahaya, tetpi tidak mampu menghasilkan apapun untuk tim dan tidak bisa mengumpan dengan baik.

Oleh karena itu, Taylor lebih menghargai pemain yang lambat, sebab mereka mampu mengumpan dan mengontrol dengan baik.

Kedua, intelejensi atau kecerdasan pemain sangat penting dalam penilaian Taylor.

Ketiga, Taylor tidak mencari pemain yang punya tipikal bermain agresif.

Bagi Taylor, pemain yang terlalu keras saat bermain bisa mencelakai pemain lawan dan merugikan timnya sendiri

Penutup

Kombinasi pemain underrated, pelatih cerdas yang bermulut besar, dan sang asisten yang punya intuisi tajam dalam memilih pemain adalah modal Nottingham Forest menguasai jagat persepakbolan Inggris di dekade 70an.

Mereka menjuarai Liga Inggris 1978 dan kompetisi European Cup selama 2 tahun berturut-turut, mengalahkan Malmo pada 1979 dan Hamburg-nya Kevin Keegan 1980. Golden era.

Lihat jejak penerbit