90min
·1 Juli 2023
In partnership with
Yahoo sports90min
·1 Juli 2023
Arsenal nampak akan segera mendatangkan Declan Rice dari West Ham United. Pemain yang berposisi sebagai gelandang itu akan menjadi pemain kedua yang didatangkan The Gunners pada bursa transfer musim panas 2023. Sebelumnya, klub Londpn Utara itu sudah merekrut Kai Havertz dari Chelsea dengan biaya transfer yang dapat mencapai 65 juta Paun.
West Ham memang sudah siap melepas Declan Rice apabila mendapat tawaran yang memuaskan. Klub London itu memasang harga lebih dari 100 juta Paun bagi pemain berusia 24 tahun tersebut. Nilai transfer itu membuat Manchester City dan Chelsea mundur dari persaingan terhadap sang pemain.
Arsenal pada akhirnya berhasil mencapai kesepakatan dengan West Ham terkait transfer Declan Rice. Pemain Timnas Inggris itu akan didatangkan dengan nilai transfer yang dapat mencapai 105 juta Paun. Tetapi terdapat hambatan yang signifikan dalam proses negosiasi antara kedua klub terkait struktur pembayaran yang akan digunakan.
Arsenal disebut ingin memenuhi pembayaran terhadap Declan Rice dalam jangka waktu empat (4) tahun. Sementara West Ham ingin memperoleh pendapatan tersebut dalam jangka waktu 18 bulan. Kata cicilan dan struktur pembayaran menjadi istilah yang umum dalam transfer pemain dalam beberapa waktu terakhir dan yang akan datang. Lantas, mengapa cicilan dalam transfer pemain sepak bola bukan hal yang mengejutkan?
Kedatangan Mykhailo Mudryk dan deretan pemain lain di Chelsea pada musim 2022/23 membuat dunia sepak bola semakin mengenal istilah amortisasi. / Shaun Botterill/GettyImages
Istilah amortisasi dalam dunia sepak bola bukan sesuatu yang baru. Tetapi aktivitas transfer Chelsea sepanjang musim 2022/23 – terutamaterutama pada Januari 2023 – membuat istilah itu mendapat sorotan tinggi. Amortisasi adalah bagian dari metode pencatan nilai buku sebuah aset - dalam hal ini pemain sepak bola – dalam pembukuan sebuah badan usaha (klub sepak bola).
Apabila seorang pemain direkrut dengan nilai transfer 100 juta Paun dengan kontrak lima (5) tahun), maka klub yang membeli pemain tersebut akan mencatatkan pengeluaran 20 juta Paun setiap tahun (nilai itu dapat diubah apabila sang pemain dijual sebelum akhir kontraknya atau apabila ada perpanjangan kontrak).
Metode pembukuan ini memang digunakan bagi aset yang hanya memiliki kontrak sebagai nilai buku yang dapat disusutkan (berbeda dengan aset tetap seperti kendaaraan atau bangunan). Amortisasi berbeda dengan biaya transfer yang dikeluarkan oleh sebuah klub untuk membeli seorang pemain. Biaya pembelian itu dapat disebarkan dalam pembukuan sepanjang durasi kontrak yang disepakati. Sementara klub yang menjual pemain tersebut akan langsung mencatatkan pendapatan yang diperoleh secara keseluruhan.
Kepindahan Raphinha ke Leeds United dari Barcelona juga disorot akibat metode pembayaran cicilan. / Alex Caparros/GettyImages
Pembayaran pemain dengan menggunakan metode cicilan bukan hal yang baru dalam sepak bola. Mencari contoh dari kejadian ini tidak memerlukan kilas balik ke jarak yang terlalu jauh. FC Barcelona – di tengah krisis finansial yang mereka hadapi – mendatangkan beberapa pemain pada bursa transfer musim panas 2022 lalu.
Salah satu pemain yang didatangkan oleh Barca saat itu adalah Raphinha. Pemain yang berposisi sebagai penyerang sayap itu direkrut dari Leeds United dengan nilai transfer 50 juta Paun. Tetapi krisis finansial yang terjadi di Barca membuat mereka tidak dapat memenuhi kewajiban itu secara langsung.
Dalam wawancara dengan The Athletic, Andrea Radrizzani – pemilik Leeds United saat itu – bahkan mengancam untuk menuntut Blaugrana apabila mereka tidak dapat memenuhi struktur pembayaran cicilan yang disepakati. Pada akhirnya tidak ada kelanjutan dari ancaman tersebut, yang dapat disebut sebagai bukti bahwa Barcelona memenuhi komitmen mereka.
Selain kondisi finansial di dalam sebuah klub, kondisi ekonomi di sebuah negara atau global juga menjadi faktor yang menentukan. Klub-klub di Liga Inggris memang memiliki kekuatan finansial yang jauh lebih unggul dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Tetapi kondisi ini juga membuat mereka harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi ketika mendatangkan pemain – terutama pemain yang juga berasal dari Inggris.
Selain itu, Inggris saat ini juga tengah berada dalam kondisi inflasi dan krisis biaya kehidupan yang melanda dalam beberapa tahun terakhir. Biaya dalam berbagai aspek kehidupan – tak terkecuali dalam menjalani kegiatan operasional klub sepak bola – juga meningkat secara signifikan.
Bagi kita yang menyaksikan laga dari layar kaca, dampak ini mungkin tidak dirasakan secara langsung. Penonton yang datang secara langsung ke stadion merasakannya dengan peningkatan harga tiket dan biaya kehidupan secara keseluruhan.
Terkait upaya untuk membeli pemain, tingkat bunga sebuah negara menjadi faktor penentu yang penting. Klub membutuhkan jasa dari bank untuk memperoleh dana yang memadai. Peningkatan tingkat bunga membuat klub-klub semakin kesulitan untuk meminjam uang yang besar untuk waktu yang singkat (pembayaran secara langsung – tanpa cicilan).
Untuk klub yang membeli pemain, mereka umumnya ingin melakukan pembayaran cicilan dengan jangka waktu yang lebih lama. Sementara klub yang menjual pemain ingin memperoleh pendapatan dari penjualan pemain yang bersangkutan secepat mungkin.