Kini Terancam Degradasi, Mengenang Kisah Sukses Leicester City Juara Premier League 2015/2016 | OneFootball

Kini Terancam Degradasi, Mengenang Kisah Sukses Leicester City Juara Premier League 2015/2016 | OneFootball

In partnership with

Yahoo sports
Icon: Bola.net

Bola.net

·26 Mei 2023

Kini Terancam Degradasi, Mengenang Kisah Sukses Leicester City Juara Premier League 2015/2016

Gambar artikel:Kini Terancam Degradasi, Mengenang Kisah Sukses Leicester City Juara Premier League 2015/2016

Bola.net - Leicester City pernah membuat kejutan besar dengan meraih gelar juara Premier League pada musim 2015/2016 silam.

Pada saat itu tak ada satu orang pun yang mengira Leicester akan menjadi juara Liga Inggris. Apalagi mereka baru promosi ke Premier League pada musim 2014/15 setelah 10 tahun absen.


Video OneFootball


Leicester juga tampil ala kadarnya pada musim perdananya kompetisi kasta tertinggi sepak bola Inggris tersebut. Mereka cuma bisa finis di posisi 14.

Meski demikian prestasi itu terbilang lumayan bagi tim yang baru promosi. Mereka setidaknya tak terjun lagi ke divisi Championship.

1 dari 8 halaman

Penunjukan Ranieri

Claudio Ranieri (c) AFP

Di musim 2014/15 itu, Leicester City dinahkodai oleh Nigel Pearson. Ia memang sukses membuat The Foxes bertahan di Premier League.

Namun Pearson dipecat oleh Leicester pada Juni 2015. Kabarnya ia didepak karena berselisih dengan pemilik klub saat itu, Vichai Srivaddhanaprabha. Hal ini berkaitan dengan skandal orgy yang dilakukan tiga pemain muda saat menjalani tur di Thailand. Salah satu dari tiga pemain itu adalah anak Pearson.

Leicester akhirnya menunjuk Claudio Ranieri. Mulanya manajemen The Foxes tak terlalu yakin dengan Ranieri.

Dari situ, agennya yakni Steve Kutner, bekerja keras untuk meyakinkan klub tersebut agar memakai jasa pelatih asal Italia tersebut. Akhirnya setelah menggelar beberapa pertemuan, Leicester terkesan dengan antusiasme dan pengetahuan sepak bola Ranieri.

"Sejak saya meninggalkan Chelsea, saya memimpikan kesempatan lain untuk bekerja di liga terbaik di dunia lagi. Saya ingin berterima kasih kepada pemilik, putranya, dan semua eksekutif klub atas kesempatan yang mereka berikan kepada saya. Sekarang saya sudah hanya satu cara untuk mengembalikan kepercayaan mereka: mengerahkan seluruh energi saya untuk mendapatkan hasil terbaik bagi tim," ucap Ranieri dalam sesi perkenalannya pada awak media, seperti dilansir Eurosport.

Penunjukkan Ranieri ini bisa disebut sebagai titik balik Leicester. Tapi keputusan The Foxes sempat mengundang tanda tanya dari banyak pihak, termasuk salah satunya dari legenda sepak bola Inggris, Gary Lineker.

2 dari 8 halaman

Setelah ditunjuk jadi bos anyar Leicester City, Claudio Ranieri tentu langsung berusaha memperkuat timnya. Ia mendatangkan pemain-pemain baru ke King Power Stadium.

Dalam prosesnya ia dibantu Steve Walsh, asisten manajer sekaligus Head of Recruitment Leicester. Steve memberikan Ranieri pemain seperti Shinji Okazaki, Daniel Amartey, Gokhan Inler, Christian Fuchs, hingga mempermanenkan Robert Huth.

Dan tentu saja ada N'Golo Kante. Ranieri sendiri awalnya kurang yakin dengan perekrutan Kante karena melihat postur fisiknya yang terlalu kecil.

Namun Walsh terus menerus meyakinkannya agar merekrut Kante saat masa pramusim. Ranieri akhirnya memberikannya lampu hijau untuk membelinya dari Caen dengan bandrol hanya 5.6 juta pounds saja.

3 dari 8 halaman

Leicester City membuka perjalanannya di musim itu dengan hasil positif. Dalam dua laga pertama mereka bisa meraih kemenangan dan pucuk klasemen bisa mereka kuasai.

Dalam empat laga berikutnya mereka meraih tiga hasil imbang dan sekali menang sebelum akhirnya tumbang pada pekan ketujuh saat menghadapi Arsenal dengan skor 2-5. Leicester juga sempat turun ke peringkat enam klasemen. Namun setelah itu mereka memberikan respon yang brilian.

Dalam 10 laga berikutnya, mereka menang delapan kali dan imbang dua kali saja. Hasil-hasil positif itu membuat Leicester bisa menguasai pucuk klasemen lagi mulai pekan ke-13. Meski sempat turun ke posisi kedua di pekan ke-14, The Foxes bisa balik ke puncak di pekan ke-15.

Rangkaian positif mereka terhenti pada pekan ke-18 usai dijegal oleh Liverpool 1-0 di Anfield. Di pekan ke-19 sampai 21 mereka sempat turun ke posisi kedua.

Pada pekan ke-21, mereka kembali ke pucuk klasemen. Dan sejak saat itu mereka terus berada di puncak sampai kompetisi berakhir. Gelar Liga Inggris musim ini akhirnya resmi mereka raih setelah Tottenham ditahan imbang Chelsea 2-2 di Stamford Bridge pada 2 Mei 2016.

4 dari 8 halaman

Pizza di Balik Kesuksesan Leicester

Claudio Ranieri (c) AP Photo

Leicester City memang sukses membuka perjalanannya dengan hasil-hasil positif. Jamie Vardy dkk bahkan bisa mencetak cukup banyak gol. Namun Claudio Ranieri tidak puas.

Darahnya sebagai orang Italia bergejolak melihat timnya selalu kebobolan meski menang. Oleh karena itulah, ia terus berusaha memotivasi anak-anak asuhnya agar bisa mencatatkan clean sheet.

“Sebelum setiap pertandingan, saya berkata, 'Ayo anak-anak, ayo. Clean sheet hari ini'," bebernya pada Players' Tribune.

Namun sayangnya keinginannya tak terkabulkan. "Tidak ada clean sheet. Saya mencoba setiap motivasi," keluhnya.

Ranieri kemudian mencoba sesuatu yang berbeda. Ia coba menawarkan pizza pada para pemainnya.

"Jadi akhirnya, sebelum pertandingan melawan Crystal Palace, saya berkata, 'Ayo anak-anak, ayo. Saya menawari Anda pizza jika Anda mendapatkan clean sheet.’ Tentu saja, pemain saya membuat clean sheet melawan Crystal Palace (pada 24 Oktober). Satu-nol."

Sejak laga tersebut, Leicester akhirnya sering mendapat clean sheet. Akhirnya sampai musim berakhir, mereka mencatatkan 14 pertandingan tanpa kebobolan.

5 dari 8 halaman

Pelatih asal Italia dikenal punya segudang taktik. Demikian juga dengan Claudio Ranieri tentunya. Namun reputasi itu ternyata justru membuat skuad Leicester City keder.

“Saat berbicara dengan para pemain, saya menyadari mereka takut dengan pendekatan taktis Italia,” katanya pada Corriere della Sera.

Ranieri akhirnya memutar otaknya. Ia akhirnya memutuskan untuk tak banyak bicara soal taktik dan berusaha membangun timnya berdasarkan karakteristik pemain yang dimilikinya saat itu.

Ia juga memberikan skuad Leicester libur dua hari tiap pekannya agar tidak jenuh dalam berlatih dan mendengarkan idenya soal taktik. Tapi sebagai gantinya ia meminta para pemainnya untuk bermain maksimal di tiap laga.

"Menurut saya itu bukan solusi yang ideal, tetapi sepak bola bukanlah [soal] chemistry, tidak ada aturan yang berlaku secara universal. Yang penting adalah mendapatkan yang terbaik dari skuad yang Anda miliki," paparnya.

6 dari 8 halaman

Riyad Mahrez (c) LCFC

Kerja keras dan cerdas ala Claudio Ranieri dari masa pra musim sampai akhir kompetisi berbuah manis. Anak-anak asuhnya tak cuma tampil kompak. Mereka juga tampil maksimal dan pantang menyerah tiap pertandingan.

“Rahasianya adalah semangat tim,” kata Riyad Mahrez seperti dilansir Eurosport.

"Kami bekerja sangat keras untuk satu sama lain. Kami seperti saudara, ada di mana-mana di lapangan. Itulah kekuatan kami. Jika terkadang kami tidak bagus, kami tahu kami akan berlari dan berusaha untuk rekan satu tim kami. Itulah rahasia kesuksesan kami," tegas winger yang di akhir musim itu meraih penghargaan Player of the Year.

7 dari 8 halaman

Musim 2022/2023 ini, Leicester City tampil ambyar. Dari 37 laga mereka baru mengoleksi 31 angka saja.

Mereka kini terpuruk di peringkat 18 klasemen sementara Liga Inggris. The Foxes kini mengemas 31 angka saja. Poin mereka sama dengan Leeds united yang ada di peringkat 19.

Leicester masih punya peluang lolos dari jebakan degradasi. Asalkan di match terakhir mereka menang lawan West Ham sementara Everton tumbang atau cukup meraih hasil imbang saat melawan Bournemouth.

Leicester sendiri tak perlu khawatir pada Leeds. Meski punya poin yang sama tapi mereka harus bisa menang dengan selisih sembilan gol untuk menyalip The Foxes.

Jadi akankah Leicester selamat atau bakal terdegradasi? Jawabannya akan tersaji pada pekan ke-38 Premier League pada hari Minggu (28/05/2023) nanti.

Lihat jejak penerbit