Gennaro Gattuso Memang Keras, Hirving Lozano Mungkin Harus Tinggalkan Napoli | OneFootball

Gennaro Gattuso Memang Keras, Hirving Lozano Mungkin Harus Tinggalkan Napoli | OneFootball

In partnership with

Yahoo sports
Icon: Stats Perform

Stats Perform

·23 Juni 2020

Gennaro Gattuso Memang Keras, Hirving Lozano Mungkin Harus Tinggalkan Napoli

Gambar artikel:Gennaro Gattuso Memang Keras, Hirving Lozano Mungkin Harus Tinggalkan Napoli

Ketika Hirving 'Chuky' Lozano meneken kontrak dengan Napoli, dia pastinya memimpikan malam seperti final Coppa Italia. Sebuah pertandingan yang telah membawanya ke Serie A dan sebuah momen penentu karier seorang pemain.

Setelah beberapa tahun mendominasi di PSV dan tim nasional Meksiko, Lozano butuh tantangan yang lebih besar. Dan ketika final Coppa Italia berakhir, Napoli berpesta. Di luar dugaan, Partenopei sukses menghantam Juventus melalui adu penalti. Ini adalah trofi domestik kesepuluh bagi Napoli dan yang ketiga sejak 1990.


Video OneFootball


Selama bertahun-tahun Napoli adalah kandidat juara, tidak lebih, dan Lozano didatangkan untuk mengubah itu semua. Tetapi ketika Napoli mengangkat trofi, Lozano justru tampak lesu. Selebrasi dilakukan tetapi tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya.

Harapan untuk menikmati hari-hari indah itu sepertinya telah menghilang. Transfer impian sang bintang ke Naples telah berubah menjadi mimpi buruk. Sejak Napoli bermain setelah pandemi virus corona, Lozano selalu duduk manis di bench.

Ini jadi tren reguler bagi winger berusia 24 tersebut. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di bench sejak Gennaro Gattuso didatangkan ke San Paolo pada Desember lalu untuk menggantikan Carlo Ancelotti. Lozano hanya mencatat satu starter sejak eks gelandang AC Milan tersebut menjadi pelatih kepala.

Cukup untuk menjadi catatan tambahan, Lozano yang didatangkan seharga €42 juta pada musim panas tahun lalu baru mencetak tiga gol dari 23 penampilan.

Tetapi torehan itu bisa dimaklumi.

Adaptasi selalu menjadi sebuah proses yang harus dilalui, jadi ketika pemain berkiprah di liga dan suasana baru dan terlihat lambat, hal tersebut dimaklumi. Eredivisie adalah sebuah liga yang cair sementara Serie A lebih fokus ke pertahanan. Italia adalah tantangan keras baginya. Dia ingin datang ke sana, meningkatkan kualitas permainan di bawah arahan manajer legendaris seperti Ancelotti.

Napoli selalu menjadi pilihan pertama saya," ujarnya pada reporter saat meneken kontrak. "Saya senang semuanya telah selesai. Saya bahagia bisa menjadi bagian grup ini. Kami tim hebat dengan pemain-pemain top."

"Saya pemain teknikal dan cepat. Pelatih akan memutuskan di mana saya akan bermain. Saya akan habis-habisan. Saya masih harus belajar, saya ingin bekerja keras dan berkembang."

"Saya tahu Serie A. Masukan Ancelotti akan menjadi kunci apakah saya akan bagus atau tidak. Rekan satu tim sangat baik. Yang harus saya lakukan sekarang adalah bekerja keras dan mengerahkan segalanya."

Kesulitan yang dihadapi Lozano cukup dipahami tetapi hal paling menakutkan pada perjalanan kariernya dalam beberapa bulan terakhir terletak di kalimat terakhir, di bagian 'Yang harus saya lakukan sekarang adalah bekerja keras dan mengerahkan segalanya'.

Jelang final Coppa Italia, Lozano diusir dari sesi latihan oleh Gattuso karena dituding tidak serius. Sejak menggantikan Ancelotti, Gattuso memang tidak pernah memberi hati pada Lozano.

Dia lebih senang menurunkan Lorenzo Insigne dan Jose Callejon di sektor sayap. Pada Februari lalu sang pelatih pernah berkelar bakal di 'persona non grata' di Meksiko karena perlakuannya terhadap Lozano.

Gattuso yang dikenal dengan penampilan penuh energi ditambah mentalitas agresif saat bermain untuk Milan, mengambil sikap keras. Dia muak terhadap bintang asal Meksiko itu.

"Siapapun yang letih, yang tidak bersemangat, tidak memiliki mental kuat, sejauh yang saya tahu, dia bisa diam di kamar ganti dan melewatkan latihan," kata Gattuso pada RAI setelah insiden itu.

"Semua pemain tahu, jika mereka berjalan ke lapangan bersama saya, mereka harus habis-habisan. Saya tidak akan membiarkan siapapun mengacaukan sesi latihan."

Untuk mendapatkan lagi respek dari Gattuso tidak akan mudah dan buntutnya, karier Lozano sekarang ada di persimpangan jalan. Kepindahannya ke Napoli tidak berjalan sesuai rencana. Kepergian Ancelotti menjadi titik balik dan pertanyaan besarnya sekarang adalah apakah hubungan mereka akan membaik?

Dengan dunia yang diguncang virus corona hingga berdampak ke sektor finansial, tidak banyak klub yang bersedia habis-habisan mengeluarkan uang untuk mendapatkan pemain, apalagi pemain yang baru mencetak tiga gol musim ini.

Lozano sudah dihubungkan dengan West Ham dan Newcastle United dalam beberapa pekan terakhir. Liga Primer mungkin jadi satu-satunya harapan bagi Lozano mengingat kemampuan finansial mereka. Everton juga disebut jadi opsi. Dengan Ancelotti berkuasa di Goodison Park, skema ini jadi memungkinkan.

Pilihan lainnya mungkin terdengar aneh, pelatih Liga Super Cina Dalian, Rafa Benitez, pernah mengatakan adanya kemungkinan menukar Lozano dengan Yannick Carrasco.

Mungkin sebelumnya tidak ada yang pernah memprediksi bintang sepakbola Meksiko itu bakal dijadikan alat barter dengan tim asal Cina. Sebuah skenario yang tidak pernah terlintas di benak Lozano.

Hijrah ke Napoli seharusnya telah mengangkat nama Lozano ke level dunia, bukan sebuah kemunduran bagi seorang pemain yang pernah mencetak 21 gol untuk PSV di musim terakhirnya di Belanda.

Dari sudut pandang Meksiko, mereka punya segudang alasan untuk khawatir. Lozano adalah salah satu penyerang yang paling diandalkan di level internasional. Ketika bugar, Gerardo 'Tata' Martino pasti akan mengandalkan kemampuan Lozano yang penuh percaya diri.

Pada Piala Dunia 2022, Meksiko pasti punya skuad menarik yang mampu bersaing dengan negara lain, tetapi tanpa Lozano mereka bakal kesulitan di Qatar. Lozano adalah superstar di Meksiko, dia punya bakat dan kemampuan untuk melambungkan negaranya. Hal tesebut telah berulangkali dibuktikan meski belum terlihat di Italia.

Ada satu fakta lagi yang cukup memprihatinkan. Keberhasilan Napoli berjaya di Coppa Italia hadir dua tahun sejak nama Lozano melambung. 17 Juni 2018, Lozano menjadi nama besar di Amerika Utara. Pada hari itu di Moskwa, gol penentu kemenangan Lozano ke gawang Jerman telah mengubah statusnya sebagai bintang.

Dua tahun kemudian, kebintangannya meredup. Dia jadi akrab dengan bench. Bakat itu masih ada pada diri Lozano dan dia masih bisa berkembang namun untuk itu, dia mungkin harus mengucapkan kata perpisahan dengan Napoli.