Stats Perform
·20 April 2020
In partnership with
Yahoo sportsStats Perform
·20 April 2020
Francesco Totti menyiratkan rasa tidak sudinya kembali ke AS Roma dengan mengatakan enggan memasuki tempat latihan klub selama James Pallotta tetap menjabat sebagai presiden.
Ikon sekaligus legenda Roma, Totti pensiun pada Mei 2017 setelah membuat 786 penampilan bagi klub dan mencetak 307 gol, dan beralih peran sebagai direksi klub di Stadio Olimpico.
Namun, eks bintang tim nasional Italia itu mengakhiri 30 tahun hubungannya dengan Giallorossi dengan konflik pada Juni lalu, mengecam Pallotta karena tidak memberinya kepercayaan lebih dalam pengambilan keputusan di klub.
Totti menyatakan bahwa ia hanya akan kembali ke Roma apabila telah berada di bawah naungan presiden yang berbeda dan bahkan untuk sekarang, dirinya tidak bisa menonton putranya, Cristian yang bermain untuk Roma U-15, di markas latihan yang terletak di Trigoria.
"Begini, selama situasinya seperti ini, saya tidak akan menginjakkan kaki di Trigoria," kata Totti dalam percakapan Instagram Live dengan Luca Toni.
"Setiap kali saya mengantar Cristian untuk berlatih, saya tetap berada di luar gerbang. Terkadang saya duduk di mobil dan merasa ingin menangis saat berpikir bahwa setelah 30 tahun, saya bahkan tidak bisa menginjakkan kaki di sana sekarang."
"Saya pergi dan hanya itu. Saya masih memiliki teman-teman hebat dan mereka keluar dari tempat latihan untuk menyapa saya. Sesekali, putra saya meminta saya masuk untuk melihatnya bermain, tapi saya tidak bisa melakukannya. Itu akan membunuh saya."
Totti merasa seperti dipaksa pensiun lebih awal daripada yang diinginkannya karena Roma mengingkari janji yang telah diberikan kepadanya dan keputusan gantung sepatu bukan sepenuhnya dari dirinya.
"Saya tidak ingin pensiun. Saya masih dalam kondisi fisik yang baik, jadi mengapa saya harus berhenti? Bukannya saya ingin bermain sepanjang waktu atau mencoba untuk memaksa siapa pun untuk memainkan saya," katanya.
"Saya tidak ingin merusak waktu saya di Roma, jadi lebih baik pensiun daripada pindah ke klub lain selama setahun. Saya tidak bodoh, saya bukan berusia 10 tahun, tapi jika saya dalam kondisi fisik dan mental yang baik, saya bisa melihat selama latihan bahwa saya masih bisa memberikan banyak hal dan saya tidak ada duanya."
"Saya akan senang untuk sekadar menjadi bagian dari tim di ruang ganti, membantu pelatih pada saat-saat sulit, bekerja dengan para pemain yang lebih mudah untuk menyalurkan pengalaman saya."
"Setiap kali saya masuk dari bangku cadangan, stadion akan bergemuruh dan atmosfer itu membantu semuanya."
"Ada akhir dari segalanya, saya tidak bodoh, tapi masalahnya adalah beberapa orang mengatakan agar pensiun menjadi keputusan saya dan kemudian memojokkan saya. Saya marah, karena saya rela mati demi Roma."