Alessandro Nesta, Nomor Punggung 13, dan Pertahanan yang Sempurna | OneFootball

Alessandro Nesta, Nomor Punggung 13, dan Pertahanan yang Sempurna | OneFootball

In partnership with

Yahoo sports
Icon: Bola.net

Bola.net

·2 Agustus 2022

Alessandro Nesta, Nomor Punggung 13, dan Pertahanan yang Sempurna

Gambar artikel:Alessandro Nesta, Nomor Punggung 13, dan Pertahanan yang Sempurna

Bola.net - Sepanjang kariernya, Alessandro Nesta sangat identik dengan nomor punggung 13. Nesta dan nomor 13 ibarat sebuah perpaduan yang indah. Kombinasi dua hal itu menghasilkan sebuah pertahanan yang sempurna. Prime Nesta adalah jaminan untuk barisan belakang yang sangat susah diruntuhkan.

Mengawali karier di Lazio pada 1993, nama Nesta melejit bersama klub ibu kota Italia. Pada 2002, pria kelahiran Roma, 19 Maret 1976 itu memutuskan untuk menerima pinangan AC Milan. Pada pengujung kariernya, mantan bek sentral Italia ini bermain untuk Montreal Impact di Amerika Serikat dan Chennaiyin di India.


Video OneFootball


Hampir seluruh kariernya bersama Lazio dia lalui dengan nomor 13 di punggungnya. Setelah itu, selama sepuluh musim berseragam Milan, nomor itu juga setia menemaninya.

Di Timnas Italia, antara 1996 dan 2006, mantan kapten Lazio itu memakai beberapa nomor punggung berbeda. Termasuk di antaranya adalah nomor 2, 6, dan tentu saja 13.

1 dari 7 halaman

Bek dengan Kemampuan Komplet

Alessandro Nesta adalah bek dengan kemampuan komplet, yang membuatnya diakui sebagai salah satu pemain belakang terbaik sepanjang masa. Dia memiliki kemampuan istimewa dalam bertahan.

Ditunjang fisik, kecepatan, defensive skills, dan visi yang mumpuni, Nesta menjadi bek sentral yang begitu sulit untuk ditaklukkan. Mungkin hanya prime Ronaldo yang sanggup membuatnya benar-benar kerepotan.

Lionel Messi saja sampai dibuat memukul-mukul tanah oleh Nesta. Itu terjadi dalam pertandingan Liga Champions antara Barcelona vs AC Milan di Camp Nou, September 2011. Padahal, waktu itu, Nesta sudah berusia 36, sedangkan Messi 11 tahun lebih muda darinya.

Zonal marking, man marking, aerial duel, tactical knowledge, tackle, clearance, hingga passing ability yang dimiliki Nesta berada di atas rata-rata. Pengharagaan Bek terbaik Serie A 2000, 2001, 2002, dan 2003 adalah salah satu wujud pengakuan atas kehebatannya.

Dia merupakan bek sentral sempurna terakhir yang pernah dimiliki Italia. Itu bukan penilaian yang berlebihan. Hingga kini, Italia belum lagi memiliki bek sentral sekaliber Alessandro Nesta.

2 dari 7 halaman

Lahir di Tengah Rivalitas Lazio-Roma

Nesta lahir 19 Maret 1976 di ibu kota Italia, di tengah-tengah rivalitas panas Lazio dan AS Roma.

Pada 1985, Nesta didekati oleh Francesco Rocca, scout dari kubu Roma. Namun, ayah Nesta yang merupakan tifosi Lazio, menolak Giallorossi, memastikan putranya memiliki cinta yang sama terhadap warna biru langit.

Di usia sembilan tahun, Nesta mengawali youth career-nya dengan Lazio. Dia memainkan beberapa posisi berbeda, termasuk striker dan gelandang, sebelum menemukan posisi terbaiknya sebagai pemain bertahan.

Dino Zoff adalah pelatih yang memberi Nesta debut senior pada 13 Maret 1994 dalam laga tandang melawan Udinese. Namun, Zdenek Zeman adalah sosok yang berjasa besar membuatnya jadi pemain seperti yang kita kenal sekarang.

Pada musim 1995/96, Nesta menunjukkan perkembangan signifikan. Semua itu tak lepas dari filosofi sepakbola ofensif yang diusung oleh Zeman, di mana serangan dibangun dari belakang. Nesta pun berevolusi menjadi seorang bek yang elegan.

Kepada Corriere della Sera, Nesta pernah mengatakan: "Saya takkan melupakan siapa yang telah mengorbitkan saya di olahraga ini. Zeman punya peran fundamental dalam karier saya. Dia percaya pada kemampuan saya. Dia seorang jenius yang kadang salah dimengerti oleh banyak orang."

3 dari 7 halaman

Ban Kapten Lazio, Scudetto

Nesta memiliki fisik, teknik dan mental yang istimewa. Selain itu, kemampuannya untuk membaca permainan dan melepas operan membuat dia jadi bek yang diidamkan oleh setiap pelatih.

Pada 1997, di bawah kepelatihan Sven-Goran Eriksson, Nesta dipercaya mengenakan ban kapten Lazio. Pada 1998, Nesta mencetak gol kemenangan Lazio dalam final Coppa Italia melawan AC Milan. Penghargaan sebagai Pemain Muda Terbaik Serie A pun disabetnya.

Pada musim 1998/99, Nesta dan kawan-kawan gagal meraih Scudetto setelah disalip Milan di dua giornata pemungkas. Lazio kalah dengan selisih satu poin. Musim berikutnya, presiden Sergio Cragnotti menggelontorkan dana besar untuk mendatangkan amunisi-amunisi baru berkualitas demi juara.

Bintang-bintang seperti Juan Sebastian Veron hingga Diego Simeone direkrut. Bersama pilar-pilar semacam Pavel Nedved, Roberto Mancini, Sinisa Mihajlovic dan Marcelo Salas, Lazio yang dikapteni Nesta akhirnya merajai Serie A. Musim itu, mereka bahkan juga meraih trofi Coppa Italia.

4 dari 7 halaman

Alessandro Nesta (c) AFP

Waktu itu, Silvio Berlusconi tidak main-main dalam membangun AC Milan. Nesta diboyong ke San Siro dengan nilai transfer mencapai €30 juta. Rossoneri pun memiliki salah satu lini pertahanan paling solid dan paling sulit diruntuhkan, tak hanya di Italia namun juga Eropa.

Kapten Paolo Maldini, Alessandro Costacurta dan Jaap Stam adalah beberapa rekan Nesta selama menggalang lini belakang Milan. Kesuksesan demi kesuksesan pun mengiringi perjalanan kariernya dengan seragam merah-hitam.

Trofi Coppa Italia dan Liga Champions diraih Nesta pada musim pertamanya di Milan. Dia kemudian juga meraih dua Scudetto Serie A dan gelar Liga Champions keduanya di tahun 2007 lewat sebuah pembalasan manis lawan Liverpool.

Selama sepuluh musim memperkuat Milan, perjalanan karier Nesta tak selalu mulus. Kendala utamanya adalah cedera. Cedera punggung serius bahkan sempat membuatnya absen sepanjang musim 2008/09.

Namun di masa keemasannya, Nesta adalah bek tangguh yang sanggup meredam dan membuat penyerang-penyerang top dunia tak berdaya.

5 dari 7 halaman

Teladan dan Panutan Bek-bek Generasi Berikutnya

Pemain hebat pasti jadi panutan atau sosok yang ditiru oleh pemain lain, baik dari generasi yang sama maupun generasi setelahnya. Itulah Nesta.

Salah satu yang mengakui Nesta sebagai role model-nya adalah Leonardo Bonucci, ketika gabung Milan dari Juventus pada musim panas 2017.

Kepada situs resmi Milan, Bonucci waktu itu mengungkapkan: "Saya sangat mengagumi Alessandro Nesta karena cara bertahannya dan bagaimana dia memainkan bola. Dia selalu bermain dengan elegan, dan timing-nya sempurna."

"Dia adalah teladan. Saya beruntung bisa bertemu dengannya di lapangan. Itu pertama kalinya saya merasa sangat emosional, ketika meminta legenda sepertinya untuk bertukar seragam."

6 dari 7 halaman

Dia yang Membangkitkan Kembali Tradisi Bek Sentral Hebat di AC Milan

Paolo Maldini juga pernah melontarkan pujian dan kekagumannya terhadap Nesta. Maldini mengatakan itu kepada Milan Channel pada Mei 2012, ketika sang mantan partner memutuskan untuk meninggalkan Milan dan Serie A.

"Kita akan ditinggalkan oleh salah satu bagian penting dari sejarah klub, juga bagian penting dari sejarah persepakbolaan Italia," ucap Maldini waktu itu.

"Tak mudah menemukan pemain Italia sekaliber dirinya."

"Dari segi teknik, mental dan taktik, dia adalah salah satu dari sedikit pemain yang tak terlupakan di persepakbolaan Italia. Dia sudah membangkitkan kembali tradisi bek sentral hebat di AC Milan, yang dimulai dari ketika pertama kali saya bermain 20 tahun lalu."

7 dari 7 halaman

Bek Sentral Sempurna Terakhir Italia

Italia telah melahirkan sederet bek tangguh, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang persepakbolaan mereka.

Di era 1950 hingga 60-an, ada pilar-pilar seperti Giovanni Trapattoni, Tarcisio Burgnich dan almarhum Cesare Maldini. Bertahun-tahun kemudian, di era keemasan Calcio antara 1980 hingga 90-an, ada ikon semacam Gaetano Scirea juga Franco Baresi sang bandiera AC Milan.

Di bawah bimbingan Baresi, muncullah penerusnya pada diri Paolo Maldini. Il Capitano mengikuti jejak loyalitas dan karier penuh kesuksesan sang senior dengan seragam merah-hitam.

Lalu ada pula Fabio Cannavaro, yang membawa prestasi di level klub menjadi kejayaan di pentas internasional. Usai mengkapteni Italia saat jadi juara Piala Dunia 2006 di Jerman, trofi individu bergengsi Ballon d’Or pun diraihnya.

Namun, dari semua itu, ada satu nama yang cukup menonjol dibandingkan lainnya, yaitu Nesta. Baginya, bertahan adalah sebuah seni - dan dia mampu menampilkannya dengan sempurna tanpa cela.

Seperti disebutkan sebelumnya, dia merupakan bek sentral sempurna terakhir yang pernah dimiliki Italia. Itu bukan penilaian yang berlebihan. Hingga kini, Italia belum lagi memiliki bek sentral sekaliber Alessandro Nesta.

Lihat jejak penerbit