Ada Jasa Ibu Dalam Kesuksesan Karier Lucas Hernandez | OneFootball

Ada Jasa Ibu Dalam Kesuksesan Karier Lucas Hernandez | OneFootball

In partnership with

Yahoo sports
Icon: Stats Perform

Stats Perform

·1 Oktober 2019

Ada Jasa Ibu Dalam Kesuksesan Karier Lucas Hernandez

Gambar artikel:Ada Jasa Ibu Dalam Kesuksesan Karier Lucas Hernandez

Berasal dari keluarga ‘broken home’ tidak lantas membuat Lucas Hernandez meratapi nasib. Bersama saudaranya Theo, ia justru tumbuh jadi individu mandiri dan berporfesi sebagai pesepakbola profesional.

Lucas sekarang berkarier untuk klub raksasa Jerman Bayern Munich setelah ditebus mahal dari Real Madrid pada musim panas kemarin. Sebelumnya, ia meraih kesuksesan besar dengan merebut Piala Dunia 2018 bersama tim nasional Prancis.


Video OneFootball


Itu semua dapat dicapai oleh Lucas berkat peran sang ibu, yang merawatnya sedari kecil ketika ayahnya memutuskan untuk pergi di usianya yang masih sangat muda.

“Ibu, adik saya dan saya menjadi trio mandiri setelah perpisahan [orang tua kami]. Theo dan saya selalu bermain sepakbola bersama – pagi, siang dan malam. Kami bermain bersama sepanjang waktu. Adik saya adalah teman terbaik saya, kami sangat dekat,” buka Lucas kepada DAZN.

“Tidak, kami tidak pernah tahu kenapa dia [ayah] pergi. Jadi kami harus hidup bersama ibu kami. Dia [ibu] hidup, bekerja dan memberikan semuanya untuk kami. Kami tidak kekurangan apa pun. Sekarang Teho dan saya menjadi pesepakbola profesional, jadi dia bisa beristirahat dan sedikit menikmati hidup.

“Dia memberi tahu kami apa yang terjadi: bahwa mereka bercerai. Suatu hari ayah saya tiba-tiba pergi, kami tidak pernah mendengar kabar darinya lagi. Tentu saja itu agak rumit karena tidak memiliki ayah. Namun ibu saya sudah sangat sukses dalam menjalankan perannya sebagai ibu sekaligus ayah. Adik saya dan saya memiliki masa kecil yang rumit, tapi indah.”

Lucas melanjutkan: “Tidak, saya tidak pernah mencoba [untuk menghubungi ayah]. Tentu saja, ketika saya masih muda, saya sempat memikirkan dia dan ingin mengenalnya lebih jauh. Tapi, seiring waktu berjalan, keingintahuan saya berkurang. Saya lebih fokus memikirkan diri sendiri dan kehidupan saya ketika saya tumbuh kembang. Itu lantas menjadi jelas bagi saya bahwa dia pergi karena tidak mencintai kami. Dan jika dia tidak mencintai kami, memang lebih baik dia pergi.

“Sekarang saya 23 tahun dan saya berusia lima atau enam tahun [ketika ayah pergi]. Sekarang sudah 16 atau 17 tahun sejak terakhir kali saya mendengar kabarnya.

“Tidak, saya tidak tahu di mana dia berada, apa yang dia lakukan, apakah dia masih hidup atau tidak. Sementara saya sudah memiliki keluarga kecil sendiri. Karena ayah tidak menghubungi kami sejauh ini, dia mungkin takkan tertarik – atau dia tidak ingin mencampuri urusuan kami.

“Kakek dan nenek saya mendukung kami secara finansial sehingga kami bisa tinggal di sebuah rumah dan bersekolah. Itulah mengapa saya menyebut kakek saya seperti ayah sendiri dan nenek saya seperti ibu kedua saya. Mereka lah yang membantu keuangan kami dan telah sangat banyak membantu kita,” imbuhnya.