Bolatimes.com
·11 août 2025
Rumput JIS Kembali Jadi Polemik: Kenapa Lapangan Rp2 Triliun Selalu Jadi Sorotan?

In partnership with
Yahoo sportsBolatimes.com
·11 août 2025
Bolatimes.com - Kekalahan telak Persita Tangerang 0-4 dari Persija Jakarta di laga pembuka BRI Super League 2025/26 di Jakarta International Stadium (JIS), Minggu malam (10/8/2025), memicu sorotan tajam dari pelatih Persita, Carlos Pena.
Ia mengkritik kualitas rumput JIS yang dianggap buruk, mengulang keluhan serupa dari musim lalu.
Polemik rumput JIS kembali mencuri perhatian penggemar sepak bola Indonesia, mempertanyakan mengapa stadion megah berbiaya Rp2 triliun ini terus bermasalah.
“Rumput di JIS tidak pernah bagus. Kami menderita masalah yang sama seperti musim lalu,” ujarnya.
“Ini stadion bagus, tapi tak ada yang peduli dengan rumput. Saya tahu ini karena menyaksikan laga Persija vs Arema di pramusim. Tapi, ini bukan alasan kekalahan kami,” tambah pelatih asal Spanyol itu.
Kritik ini menambah daftar panjang keluhan tentang rumput JIS, yang kerap jadi pembicaraan sejak stadion ini diresmikan pada 2022.
JIS menggunakan rumput jenis Zoysia Matrella, yang dipilih karena tahan terhadap iklim tropis dan aktivitas intensif.
Rumput ini diimpor dari luar negeri dan diklaim memenuhi standar FIFA.
Namun, perawatan yang kurang optimal membuatnya sering bermasalah. Zoysia Matrella membutuhkan penyiraman rutin, pemotongan presisi, dan pengendalian hama, tetapi pengelola JIS kerap dikritik karena inkonsistensi dalam maintenance.
Akar rumput yang lelet tumbuh juga membuat lapangan rentan rusak saat digunakan untuk laga berturut-turut atau acara non-sepak bola.
Polemik rumput JIS bukan hal baru. Pada 2023, saat Piala Dunia U-17, FIFA sempat meminta perbaikan mendesak karena lapangan dinilai tidak memadai untuk turnamen internasional.
JIS harus mengganti sebagian rumput dan menambah perawatan intensif agar sesuai standar.
Pada 2024, pelatih Persib Bandung, Bojan Hodak, juga mengeluhkan rumput JIS yang licin dan tidak rata saat melawan Persija.
Keluhan serupa datang dari klub lain, termasuk Bali United, yang menyebut lapangan JIS sulit untuk penguasaan bola.
Pemerintah DKI Jakarta, melalui PT Jakarta Propertindo, berjanji memperbaiki kualitas rumput dengan anggaran perawatan tambahan pada 2025.
Namun, hingga kini, perubahan signifikan belum terlihat.
Rumput yang buruk tidak hanya mengganggu permainan, tetapi juga meningkatkan risiko cedera pemain, seperti tackling yang tidak akurat atau tergelincir.
Bagi penggemar sepak bola Indonesia, JIS yang digadang-gadang sebagai stadion kelas dunia kini jadi ironi karena gagal memenuhi ekspektasi di aspek dasar: kualitas lapangan.
Akankah JIS segera membenahi rumputnya, atau polemik ini terus berulang?
Dengan BRI Super League 2025/26 yang baru dimulai, penggemar menanti apakah stadion megah ini bisa menjadi kebanggaan sejati atau tetap jadi bahan sindiran.